Pati - Sistem belajar di rumah yang diterapkan sejumlah sekolah termasuk madrasah selama pandemi virus corona merupakan hal baru bagi orang tua. Sistem ini membuat lega karena bisa membantu social distancing bagi anak-anak, tapi juga bikin bingung seperti apa model belajar di rumah agar bisa efektif. Berdiam di rumah selama berminggu-minggu sesuai anjuran pemerintah menyusul wabah virus corona tentu membuat anak menjadi jenuh di rumah. Kebosanan belajar di rumah tidak bisa dihindari. Bukan hanya itu, anak pastinya juga merasa kangen untuk bertemu dengan teman-teman dan gurunya. "Terutama untuk anak setingkat RA, MI, dan di atasnya," kata Humas Kemenag Pati, Athi’ Masyruroh atas pengalaman pribadinya, Senin (30/3/2020). Rasa bosan sebetulnya lumrah saja dan jangan selalu dipandang negatif. Rasa bosan justru dapat memancing rasa kreativitas yang tinggi. Orang tua sebaiknya terus memutar otak agar anak bisa tetap betah di rumah. Misalnya saja dengan mengajak anak ikut membantu memasak, atau menata pernik-pernik rumah. Atau bisa juga dengan belajar online dan minta anak mengerjakannya dibantu orang tua. Anak juga bisa diajak membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel atau menjemur pakaian. "Tentunya dari sini ada nilai edukasi yang didapat, jadi home learning bukan hanya mengejar kemampuan akademik semata tapi ada keterampilan lain yang bisa didapat anak," katanya. Meski tidak sekolah, Athi’ menyarankan agar orang tua memiliki jadwal harian anak dan konsisten menjalankan. Misalkan waktu bangun pagi, mandi, waktu belajar, hingga waktu tidur malam. "Sebelumnya pastikan dulu siapa yang memegang anak waktu orang tua harus WFH, maka harus kerja sama dengan pasangan atau orang di rumah," sarannya. Ia tidak menampik bahwa home learning bisa membuat orang tua stres, maka itu orang tua harus mengendalikan emosi dan ekspektasi terhadap anak. Hindari memiliki ekspektasi berlebihan terhadap anak pada saat ini, mengingat kegiatan belajar mengajar yang tidak seperti biasanya. Terlebih proses belajar juga hanya bersifat satu arah. Bukan hanya itu, anak umumnya juga akan menjadi lebih rewel, manja, atau bahkan mogok manakala orang tua sendiri yang mengajarinya. "Tapi rutinitas harus tetap jalan, instruksi kepada anak harus jelas dan harus jalan setiap hari sehingga ada keteraturan dalam aktivitas sehari-hari," kata Athi’. Bagi usia remaja, meski tidak rewel seperti anak di bawah usianya, ada tantangan lain. Usia remaja, pergaulan pun sudah luas. Mereka pastinya kangen dengan teman-temannya. “Jangan sampai anak merasa tidak nyaman di rumah. Masa ini bisa dimanfaatkan orang tua untuk bonding dengan anak sekaligus mengetahui seberapa jauh perkembangan mereka di sekolah.” ujarnya. Menurut Athi’, Sebagai orang tua terutama seorang ibu sebisa mungkin harus bias membagi waktu antara pekerjaan rumah tangga, mengurus tugas sekolah anak, belum lagi pekerjaan kantor jika wanita karier, akan menguras banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Athi’ menyarankan agar ibu memiliki me time di rumah. Entah dengan berolahraga, menonton, membaca, atau kegiatan lain yang bisa dilakukan di rumah. "Untuk rileksasi diri, bisa juga melakukan quality time dengan pasangan," saran Athi’. Terakhir ia berpesan, untuk referensi kegiatan bagi anak di rumah, bisa banyak didapat di internet, tinggal menjalankannya saja. "Jalani sebisa kita saja, jangan malah jadi beban dan akhirnya stres," katanya mengakhiri pembicaraan. (at)
MTsN 1 Pati, Rajai Lomba Matematika
Pati (Humas) – Saat ini, kualitas madrasah tidak kalah dengan sekolah umum, begitu pula dengan siswanya. Terbukti, enam siswa MTsN...
Selanjutnya