PATI (Humas) — Tim Riset MTsN 1 Pati kembali menorehkan prestasi gemilang. Kali pertama ikut lomba, pasangan Handi Ali Zuhdannaja dan Rizqullah Salman Esandi berhasil meraih medali perunggu dalam ajang Kompetisi Proposal Riset Kreasi dan Inovasi Nasional (KRESNA) 2024. Keduanya mampu bersaing di antara 183 peserta tingkat SMP/MTs sederajat se-Indonesia. KRESNA 2024 diselenggarakan oleh NanoEdu.
Mengusung judul Efektivitas Biofungisida Kulit Ceiba Petandra dan Arachis Hypogaea terhadap Penurunan Fusarium Oxysporum, Handi dan Rizqi berhasil meyakinkan juri saat memaparkan proposal risetnya. Presentasi dilakukan secara daring pada 20 Maret 2024 kemarin.
Kepala MTsN 1 Pati, Ali Musyafak, mengapresiasi torehan prestasi perdana anak didiknya di bidang riset ini.
“Subhanallah walhamdulillah. Tak mengira, baru pertama mengikuti lomba bidang riset tetapi sudah mampu mempersembahkan medali perunggu, menyisihkan beberapa peserta lainnya,” ujarnya saat menyaksikan pengumuman lomba, Selasa (26/3).
Syafak menyebutkan bahwa prestasi ini benar-benar bukti rahmat Allah dan usaha keras dari tim, baik siswa maupun pembimbing.
“Man jadda wajada,” ungkap Syafak menyitir maqolah atau kata bijak yang artinya, barang siapa yang sungguh-sungguh pasti akan berhasil, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Lebih lanjut Syafak menyatakan, di samping sebagai madrasah unggulan akademik nasional, MTsN 1 Pati juga menyandang madrasah riset. Untuk itu, pihaknya akan melakukan segala upaya untuk menumbuh-hidupkan program riset di madrasah yang bertaraf internasional tersebut.
“Kami akan selalu berinovasi dan berkolaborasi untuk penyelenggaraan program riset di MTsN 1 Pati. Terima kasih kepada anak-anak hebat ku, para guru pembimbing dan pelatihnya serta orang tuanya, semoga menjadi jariyah kita semua,” harap Syafak menutup pernyataannya.
Handi, salah satu tim riset, menuturkan bahwa riset ini berkaitan tentang penggunaan Ceiba petandra (kulit kapuk randu) dan Arachis hypogaea (kulit kacang tanah) sebagai biofungisida (pembasmi jamur alami).
“Jadi kami memanfaatkan Ceiba petandra atau kulit kapuk randu sebagai tanaman potensi yang ada di wilayah Kabupaten Pati. Berdasarkan data jatengprov.go.id Kabupaten Pati ini salah satu pemasok kapuk randu dengan produkivitas sebesar 8224,84 ton per bulan,” terangnya.
“Sementara itu, bahan lain yang kami manfaatkan adalah Arachis hypogaea atau kulit kacang tanah. Dilansir dari jatengprov.go.id tersedia 439 ton limbah kulit kacang per bulan yang pemanfaatanya belum optimal,” sambung Handi.
Dengan pemanfaatan kedua bahan tersebut sebagai biofungisida, lanjut Handi menjelaskan, diharapkan dapat mengurangi penggunaan fungisida sintetik yang dapat menimbulkan masalah bagi manusia maupun lingkungan jika digunakan secara terus menerus.
“Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu menangani sekaligus mencegah penurunan produktivitas pertanian yang diakibatkan cendawan Fusarium oxysporum,” ungkapnya.
“Cendawan Fusarium oxysporum sendiri merupakan salah satu jamur patogen penyebab penyakit pada tanaman pertanian,” tutup Handi. (TIM/at)