PATI (Humas) – MTsN 1 Pati menggelar Puncak Ruwahan Massal ditandai dengan pelaksanaan Khataman Al-Quran pada Jumat (8/3). Khataman Al-Quran berlangsung di dua titik, yakni Masjid Baitul Makmur yang diikuti oleh 14 guru tahfidz MTsN 1 Pati. Sementara di indoor madrasah, Khataman Al-Quran diikuti seluruh guru, pegawai, dan ribuan siswa.
Kepala MTsN 1 Pati, Ali Musyafak menyampaikan, dalam majelis tersebut, telah dilaksanakan khataman sebanyak 3 kali.
“Mengingat terbatasnya waktu, setiap guru tahfidz mendapat jatah menghatamkan Al-Quran bil ghoib sebanyak 3 juz, sehingga dalam majlis tersebut telah terlaksana 3 kali khataman,”terangnya usai kegiatan berlangsung.
Lebih lanjut syafak menambahkan, di samping guru tahfidz, ribuan siswa dan seluruh guru serta pegawai MTsN 1 Pati juga turut membacakan Al-Quran binnadzor minimal 1 juz setiap orang.
“Terhitung dalam kegiatan Puncak Ruwahan Massal ini telah dibaca ribuan juz Al-Quran,” pungkasnya.
Menurut Aminatul Fathonah, salah satu guru tahfidz, menjelaskan pelaksanaan khotmil quran bil ghoib di Masjid Baitul Makmur MTsN 1 Pati berjalan dengan lancar.
“Ada 14 guru tahfidz yang mengikuti kegiatan ini. Masing-masing ustad-ustadzah membaca 3 juz, kemudian setiap setengah juz dibaca menggunakan pengeras suara secara bergantian,” ungkapnya singkat.
Sebagaimana diketahui, bahwa MTsN 1 Pati untuk pertama kalinya menggelar kegiatan Ruwahan Massal, dengan cara membacakan doa kepada seluruh arwah dari keluarga besar MTsN 1 Pati pada setiap harinya, mulai tanggal 1 hingga 8 Maret.
“Alhamdulillah, kegiatan ruwahan massal yang pertama diadakan di MTsN 1 Pati ini berjalan dengan lancar dan sukses,” kata KH. M. Mujib, pemimpin kegiatan ini.
“Semua Bapak Ibu Guru, pegawai, dan siswa ikut berpartisipasi ambil bagian di kegiatan yang insya Allah barokah ini. Kegiatan yang bagus, termasuk amal saleh. Semoga kita bisa mengistiqomahkan di tahun-tahun mendatang, sehingga para leluhur kita akan selalu bahagia di alam sana,” tuturnya.
Kegiatan Puncak Ruwahan Massal dihadiri pula ulama’ kharismatik asal kota Kretek Kudus, KH. Ahmad Asnawi. Memulai mauidzohnya, KH. Ahmad Asnawi menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena memiliki akal dan nafsu.
“Ketika nafsu manusia mengikuti akal maka cenderung seperti malaikat, kalau manusia mengikuti nafsu maka cenderung mengikuti hewan,” ujar KH. Asnawi.
“Maka siapa makhluk terbaik? Manusia yang akalnya membimbing nafsunya dan akalnya dibimbing oleh syareat, sehingga bisa mengalahkan para malaikat. Siapa makhluk terjahat? Manusia yang akalnya mengikuti nafsunya, bisa lebih jahat dari syaitan,” sambungnya.
Lebih lanjut, KH. Asnawi menjelaskan bahwa terdapat tiga maksiat yang pertama kali dilakukan hamba Allah. Dua di antaranya tidak diampuni, yaitu takabur dan hasud, serta satu yang diampuni Allah, yaitu hirsu atau rakus.
Selain itu, KH. Asnawi juga menuturkan asal mula perintah puasa kepada umat muslim sebagai anak cucu keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa yang diwajibkan berpuasa di bulan Ramadan. Secara detail, pendakwah kondang ini menyampaikan beberapa hal yang harus disiapkan untuk menjelang bulan Ramadan.
“Yang pertama niat. Jangan lupa membaca niat mulai dari malam hari, boleh setelah magrib, setelah isya’, atau setelah sahur yang terpenting jangan sampai masuk waktu subuh. Kalau lupa niat, nanti puasanya tidak sah,” tutur pendakwah ini sambal mengomando siswa-siswi membaca niat puasa secara serentak.
“Yang kedua, harus meninggalkan apa-apa yang membatalkan puasa. Tidak boleh memasukkan ke dalam lubang yang namanya jauf (punya jalur masuk ke rongga tubuh), yaitu telinga, hidung, mulut, lubang bagian depan dan bagian belakang yang batasannya tidak nampak mata, dan otot besar biasanya untuk infus,” terangnya.
Di akhir mauidhohnya, KH. Asnawi mengajak para siswa untuk menjalankan ibadah puasa dengan melaksanakan segala sunnah puasa dan amalan sunnah di bulan suci Ramadan.
“Adik-adik tetap menjalankan puasa apalagi yang sudah baligh. Allah membikin keistimewaan di bulan puasa dan itu hanya diberikan kepada kita ummat Baginda Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi wasallam,” tutup KH. Asnawi. (TIM/at)