Pati – Dunia saat ini sedang menuju transformasi dari 3.0 ke 4.0 dengan segala tantangan yang ada, Semua bidang akan mengalami hal yang sama dan tidak ada satu bidang pun yang akan mampu menolak hal tersebut termasuk dalam dunia Pendidikan.
Hal tersebut dikatakan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pati Imron Rosyidi yang menjadi salah satu narasumber pada Seminar Virtual bertema Bincang Pendidikan Bersama Pemangku Kepentingan yang diinisiasi PC IPNU IPPNU Pati Jawa Tengah.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pati mengungkapkan bahwa hal positif yang dapat diambil pelajaran dari pandemi yaitu kuatnya transformasi teknologi.
“Saat ini sangat diperlukan transformasi teknologi dalam melakukan berbagai kegiatan profesi,” jelasnya dalam kegiatan yang disiarkan melalui aplikasi Zoom, Kamis (11/6) malam.
Selain itu, lanjut dia, penggunaan teknologi harus dipahami bersama bahwa teknologi dapat digunakan dalam berbagai pekerjaan. Juga perlu adanya kesadaran bahwa teknologi menjadi sahabat untuk beraktivitas.
Pendidikan tidak akan dapat lepas dari perkembangan dunia, termasuk dalam dunia teknologi dan dunia-dunia lain yang mengikutinya karena bagaimanapun dunia Pendidikan harus mengikuti perkembangan yang terjadi khususnya dunia usaha dan dunia industri karena bagaimanapun sebagian besar hasil dari dunia Pendidikan akan masuk ke dalam dunia tersebut, sehingga roda perekonomian sebuah negara dapat terus berputar dengan mengikuti perkembangan yang ada.
Secara teknologi tentunya dunia Pendidikan harus bertransformasi ke arah digital karena hal tersebut sudah menjadi tuntutan dari perkembangan dunia saat ini meskipun dalam prakteknya tidak semua materi dapat disampaikan secara digital tetapi paling tidak, dunia digital akan membantu Guru dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran terlebih telah munculnya paradigma Pendidikan di Abad 21.
“Transformasi digital tidak semata-mata penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran tetapi lebih dari itu, para peserta didik harus mampu berpikir seperti cara berpikir teknologi atau saat ini lebih dikenal dengan computational thinking (cara berpikir komputerasi) karena hal ini akan menjadi salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik pada masa depan mereka,” pungkas Imron
Senada dengan Imron, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati, Winarto, mengatakan perlunya mendesain pembelajaran dengan penggunaan teknologi. Ia mengungkapkan pembelajaran tidak hanya transfer pengetahuan.
“Namun, juga keteladan melalui situasi sosial di rumah dengan pembelajaran daring. Jangan sampai merepotkan orang tua. Karena saya mendengar banyak aduan orang tua bahwa tugas siswa justru dikerjakan oleh orang tua,” ungkapnya.
Pembelajaran daring, menurut Winarto, menjadi salah satu cara pemenuhan hak siswa atas pendidikan. Selain itu, juga tetap melindungi warga dari penyebaran virus Corona.
Sementara Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati, Yusuf Hasyim menyampaikan beberapa problem yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Ketika terjadi perubahan secara drastis akibat pandemi virus Corona (Covid-19), penggunaan teknologi sebagai media utama proses belajar-mengajar perlu dimaksimalkan.
“Di antara problematika yang menjadi tugas bersama adalah belum siapnya dunia pendidikan pada aspek penguasaan teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Yusuf.
Di samping itu, lanjut dia, problem lainnya adalah rendahnya budaya literasi para pemangku kepentingan pendidikan, khususnya para orang tua murid, masyarakat, juga para praktisi pendidikan.
“Di Indonesia masih mengalami kelemahan berliterasi yang masih tertinggal dari negara lain. Hal ini harus ada kebijakan pro aktif dengan mencari kelemahan literasi teknologi itu apa saja,” ungkapnya.
Ia menambahkan, budaya literasi yang tertinggal khususnya dalam hal membaca, seharusnya memiliki terobosan baru dengan adanya literasi teknologi. “Kita harus sepakat, sekolah-sekolah melakukan berbagai lompatan untuk mensukseskan pendidikan melalui teknologi yang ada.”
Yusuf menerangkan, adanya pandemi menjadi sebuah ujian untuk terus berpikir positif. Tidak boleh menggerutu. Bahkan, putus asa. “Sekolah dan orang tua, termasuk pemerintah juga jangan lelah. Perlu ada refocusing untuk melakukan kebijakan baru yang sesuai.”
Senada dengan Yusuf, Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Muh Zen mengungkapkan, pendidikan dengan sistem daring memunculkan kesenjangan tersendiri. Salah satunya dalam penggunaan teknologi.
“Banyak guru yang justru memiliki handphone jadul. Sehingga tidak semua guru memiliki media yang baik dalam pelaksanaan pembelajaran. Padahal sarana prasarana yang dimiliki guru harusnya maksimal,” ujarnya.
Penggunaan teknologi, menurut Zen, menjadi tantangan pendidikan yang luar biasa di tengah kondisi pandemi, agar kaum kapitalis tidak dapat menguasai segalanya. (at)