Menjadi guru bukan sebatas memberikan materi dan menilai hasil karya siswa, tapi juga harus bisa dijadikan sebagai panutan para siswanya. Guru juga bukan hanya sebatas profesi yang mendapatkan gaji, tapi guru yang sebenarnya adalah guru yang mengajarkan suatu kebaikan dengan ikhlas dan tidak memikirkan upah yang didapat. Guru yang berhasil menjadi suri tauladan yang baik pasti akan mendapatkan kemudahan dalam mengajar.
Hal yang paling di kenang oleh siswa adalah cara seorang guru mengajar dengan penuh cinta dan sabarnya guru menghadapi kenakalan yang di lakukan oleh siswa. Kenangan indah seperti itu tidak akan dilupakan oleh seorang siswa walaupun sudah tidak mengajarnya lagi. Keikhlasan adalah kunci kesuksesan dalam mendidik anak. Bila seorang guru ikhlas mendidik maka siswa pun akan ikhlas dan nyaman dalam belajar.
Guru pasti akan menemui siswa yang tidak sesuai keinginan mereka, siswa yang aktif dan susah di atur. Di saat itu kesabaran para guru akan di uji. Bila guru tersebut tidak bisa menahan hawa nafsu nya maka yang terjadi hanya sakit hati sati dari kedua pihak, baik dari siswa ataupun guru pasti akan sakit hati sehingga menyebabkan siswa tidak nyaman dalam belajar dan gurupun tidak bisa mengajar dengan baik. Sudah sepatutnya guru sebagai uswatun hasanah mencontohkan sikap sabar dalam menghadapi masalah.
Allah berfirman pada Al-Qur’anul Karim “Yaa Ayyuhalladzina ‘amanus ta’inu bis shobri wash sholah, innallaha ma’ashobirin” (Al-Baqarah ayat 153). Yang artinya “hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Guru sebagai uswatun hasanah harus menunjukan sikap tawakal dengan semangat dalam mengajar dan tidak pernah mengeluh dalam mengajar. Guru harus menunjukan pada siswa bahwa mereka semangat dalam mengajar para siswa, baik kepada siswa yang cerdas maupun kurang cerdas. Walaupun ada siswa yang mungkin kurang cerdas dalam memahami pelajaran maka guru tidak boleh menunjukan sikap mengeluh dan putus asa.
Guru adalah orang tua kedua seorang siswa saat mereka di sekolah, dan ciri guru yang berhasil dalam mendidik adalah guru yang dicintai dan disayangi siswanya sama seperti orang tua nya sendiri. Seorang guru yang sudah dianggap orang tua oleh para murid pasti akan dihormati dan akan didengarkan semua perintahnya, larangannya, dan masukannya. Kunci dicintai oleh seorang siswa adalah mendidik dengan cinta yang tulus, tidak peduli cerdas atau kurang cerdas semua tetap harus dicintai seperti anak sendiri.
Ikhlas, sabar, tawakal, dan cinta. Ke-empat hal tersebut adalah hal yang paling harus dimiliki oleh seorang guru. Bila guru tidak memiliki rasa Ikhlas, maka hanya upah yang akan mereka dapat. Bila guru tidak memiliki rasa sabar, maka mereka akan terjebak dalam amarah dan siswa tidak akan nyaman pada mereka. Bila guru tidak memiliki tawakal, maka pasti akan terasa berat dalam mengajar. Bila guru tidak memiliki cinta, maka siswa tidak akan menaati perkataan guru mereka. Bila guru sudah menjadi suri tauladan yang baik dan benar dalam mengajar maka akan tercipta lingkungan sekolah yang membuat semua siswa semangat belajar dan guru pun semangat mengajar.
Alhamdulillah, dua tahun dua bulan saya menjadi siswa MTsN 1 Pati merasa sangat beruntung dan bahagia serta bangga. Betapa tidak, untuk bisa diterima di MTsN 1 Pati saya harus bersaing ketat dengan ratusan siswa dari berbagai daerah yang akhirnya hanya 60 % yang bisa diterima, itu keberuntungan pertamaku.
Kebahagiaan berikutnya saya mendapat kelas dan teman yang keren, yang tergabung di kelas K, dan setelah setahun saya mendapat kesempatan menyalurkan bakat dan minat saya melalui ekstrakurikuler wajib pramuka dan ekstra kurikulerkarawitan. Keren banget, karena karawitan merupakan ekskul baru di MTsN 1 Pati dan saya terpilih menjadi salah satu anggotanya, bahkan termasuk ketua tim.
Setelah naik kelas IX, perasaan saya semakin penuh kebahagiaan karena saya bisa masuk menjadi salah satu pengurus OSIS di area HAM. Saya pun merasa menjadi siswa yang sempurna karena semua teman-temanku, guru-guruku selalu menjadi sahabat dan membimbing potensiku.
Alhasil, guru- guru di MTsN 1 Pati benar- benar menjadi murobbi yang sesungguhnya. Tak ada kekerasan dari siapapun yang saya rasakan. Semua guru selalu membersamai kegiatan-kegiatan yang siswa lakukan, misal S3 (salam, salim, senyum), shalat isyraq, dhuha, mahallul qiyam, dan shalat berjamaah. Bahkan saat istirahat pun bapak ibu guru tetap memperhatikan membimbing dan menemani saya. Dari guru-lah saya bisa menjadi seperti sekarang, berkat bimbingan ikhlas, cerdas, keras dan tuntas dari guru-guru MTsN 1 Pati dapat menghantarkan para siswa berkarakter, unggul, mendunia, dan kerren. Yang lebih penting lagi iman dan islam saya juga teman-teman selalu terawat dan selalu meningkat. Dengan harapan, setelah lulus nanti kami akan menjadi generasi yang tangguh, selamat, bahagia, dunia, dan akhirat.
Terima kasih bapak ibu guruku. Engkau benar-benar idolaku, engkau pun uswatun hasanahku. Semoga bapak dan ibu guru tetap bahagia dunia akhirat. (Faizza Hilman Octavian – Kelas IX K MTsN 1 Pati)