PATI — Dalam menyemarakkan HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, kelompok Seneng Teater dari MTs Matholi’ul Huda Sokopuluhan mementaskan teatrikal kemerdekaan di Panggung Budaya Lapangan Purboyo Balong Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, Sabtu (19/08)
Pentas yang dikemas dalam bentuk teatrikal tersebut mengusung tema “Di Usia ke-78 Kemerdekaan Indonesia, Pancasila (tetap) Sakti, Indonesia Jaya” .
Dengan properti panggung sederhana bentangan kain putih yang disorot lampu warna merah dari belakang, wayang kertas berupa kelir, garuda, dan rahwana telah diletakkan di panggung bagian tengah depan.
Rilise cerita yang sistematis dengan lantunan tembang mengantarkan sang dalang masuk ke panggung, diperankan oleh Jovita Alfif Daturrifsanjani. Ia memainkan wayang dengan sangat luwes. Ketegangan antara burung Garuda dan Rahwana sebagai simbol tantangan keberagaman suku bangsa.
Sekali lagi, Pancasila tetap sakti, tetap menjadi pengikat keberagaman, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Kemudian, seorang bernama Nazwa tengah sedih dengan mengusap-usap figura burung Garuda, ia prihatin dengan keadaannya. Tak selang berapa lama, ada keempat menyamun yang ingin merebut benda keramat itu, yang diperankan oleh Nizam, Ilham, Fadhil, dan Rokhim. Semua penyamun tumbang dengan kesaktian Pancasila.
Figura terangkat ke atas, Nazwa berjalan ke depan. Tengah duduk 4 orang dengan baju batik yang seirama. Keempatnya adalah Kaifa Syafa’atin Khikmah, Ceisya Maghfiroh, Erymelda Putri, dan Desi Amelia.
Selanjutnya, Nazwa melempar keempat yang seragam itu sebuah jarit warna-warni, merah, putih, kuning, dan biru. Itu adalah simbol keberagaman suku bangsa. Diterima dengan riang gembira dan dijaga. Puncaknya, semua tersungkur tinggal pemegang Pancasila dan bendera merah putih.
Kain putih membentang menyimbolkan kemerdekaan yang telah diraih tanah air. Masih putih, tinggal kita sebagai penerus mengisi bentangan itu dengan sesuatu yang bermanfaat. Pembawa kain putih ialah Fatimatuz Zahro, Erni Novyta, dan Putri Masyito.
Kepala MTs Matholi’ul Huda Sokopuluhan, Ma’rifah mengapresiasi siswa-siswinya yang telah memberikan penampilan terbaik dalam ajang Agustusan tingkat Kecamatan Pucakwangi.
“Alhamdulillah, walau baru pertama kali tampil teatrikal, anak-anak bisa menampilkan yang terbaik. Meskipun, mereka masih demam panggung. Kami memaklumi, sebab ada beberapa pemain yang diambil dari kelas VII”, ujarnya.
Pihaknya berharap, semoga para siswa terus berkembang untuk suka akan kesenian. Sesuai dengan nama kelompok yaitu Seneng Teater MTs Matholi’ul Huda Sokopuluhan.
Sementara, Pembimbing Pentas Miftahur Rohim, mengungkapkan rasa haru sepanjang pementasan. Mengingat persiapan yang sangat kurang yaitu sekitar tiga kali pertemuan. Mereka sudah bisa menampilkan yang berbeda.
“Teatrikal ini berjudul Di Usia ke-78 Kemerdekaan Indonesia, Pancasila (tetap) Sakti, Indonesia Jaya. Pementasan tersebut merupakan wujud kritik terhadap terhadap masyarakat yang sampai saat ini belum mengenal simbol keberagaman negara kita yaitu Pancasila. Masih pada berselisih dari hal-hal kecil sampai hal serius. Meskipun muatan sangat berat, namun mampu menghasilkan gelak tawa dan tepuk tangan yang meriah”, jelasnya.
Diitanya maksud dan penjelasan singkat teatrikal itu, ia menyebut lebih pada olah tubuh dan penguasaan panggung. Minim akan dialog. Cerita tersebut dirangkai melalui adegan wayang, dengan kelir sebagai tanah air Indonesia, burung Garuda sebagai simbol keagungan, dan Buto/Rahwana sebagai representasi tantangan.
Kain putih terbentang wujud kemerdekaan yang telah tercapai. Kehidupan baru sedang dimulai. Kelir mewakili tanah air Indonesia, burung Garuda yang gagah, mewakili kebesaran dan kekuatan Indonesia. Kemudian, pertemuan burung Garuda dengan Buto, yang mewakili rintangan dan ancaman terhadap persatuan dan nilai-nilai Pancasila”, pungkasnya. (MTs_MMH_Media/at)